UAS Public Speaking, Jeperson (3922170007)

Isi dalam blog ini dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) pada Mata Kuliah Public Speaking dengan Dosen Pengampu Bapak Boma Jonaldy Tanjung SE., MM.


A. Evaluasi dan Umpan Balik
Dinilai oleh orang lain tidak pernah mudah. Kita dapat memperbaiki hanya dengan memperbolehkan orang lain yang lebih berpengalaman menilai penampilan kita. Singkirkan harga diri Anda, menurut anda bagaimana pembicara terkenal memiliki kemampuan berbicara di depan umum dengan sangat baik ? Pembicara, pengajar, dan penasihat yang lain membantu diri mereka untuk menyempurnakan ketrampilannya. 
Mintalah tanggapan setiap kali anda berbicara di depan umum. Tanggapan tersebut membantu anda memperbaiki presentasi anda selanjutnya. Meminta tanggapan atau menempatkan seorang teman sebagai pendengar untuk memberikan komentar atas penampilan anda adalah cara terbaik untuk memperbaiki ketrampilan presentasi anda.

Berikut beberapa cara untuk mengevaluasi presentasi anda :
1. Menyingkirkan Ego
Kritik membangun terhadap presentasi anda tidak ditujukan kepada pribadi anda. Milikilah keyakinan dan kepercayaan diri untuk tidak menganggap tanggapan sebagai serangan pribadi, tetapi hanya sebagai cara untuk memperbaiki ketrampilan presentasi anda. 
2. Mintalah Tanggapan secata Tertulis
Formulir penilaian sangat bagus karena anda dapat menggunakannya nanti sebagai acuan dan membangkitkan ingatan tentang pokok persoalan yang dipelajari. Jika anda menerima tanggapan secara lisan, catatlah daripada harus mengingatnya. 
3. Memperhatikan dan Membaca Audiens
Reaksi audiens merupakan indicator terbaik dari suksesnya presentasi anda. Mereka akan memberi tahu anda dengan bahasa tubuh, lewat komentar dan tepuk tangan mereka. Tinggallah di tempat setelah presentasi untuk mencari tahu pemikiran mereka. Anda akan mengetahuinya dari jumlah audiens yang menghampiri anda. 
4. Dua Pikiran Lebih baik daripada Satu 
Sebelum presentasi, selalu berbagi pidato dengan seseorang untuk mendapatkan kritik, memberikan perhatian khusus dari awal hingga akhir. Sama juga, mintalah seseorang memeriksa materi tertulis apapun yang akan anda bawakan ketika presentasi, kesalahan ejaan dan tata bahasa membuat anda tampak kelihatan kurang hati-hati dalam mempersiapkan materi presentasi.

Komunikasi merupakan suatu proses mengirimkan dan menerima informasi antara komunikator dan komunikan. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal juga bisa dilakukan secara online, misalnya dengan chatting di WhatsApp. Sementara itu, komunikasi nonverbal adalah berkomunikasi melalui ekspresi wajah, gestur tubuh, dan kontak mata. 

Untuk mampu berkomunikasi dengan lancar dan efektif maka baik komunikator dan komunikan harus mendengarkan secara keseluruhan informasi yang disampaikan oleh lawan bicaranya sehingga proses pemberian dan penangkapan umpan balik mampu dilakukan dengan baik, serta dapat meminimalisir terjadinya miskomunikasi. Dikutip dari Kompas.com pemberikan umpan balik menjadi salah satu unsur terpenting dalam komunikasi karena hal tersebut mampu menjadi indikator keefektifan dan keberhasilan komunikasi. Lalu bagaimana cara membuat umpan balik yang efektif ? 

Berikut adalah 3 cara pemberian umpan balik yang efektif :
1. Jujur dan Objektif  
Dalam menyampaikan umpan balik saat berkomunikasi haruslah dilakukan secara jujur dan objektif karena penyampaian yang dilakukan dengan tidak jujur akan mempersulit komunikator dan komunikan mengubah hasil komunikasi menjadi tindakan nyata. Untuk dapat meningkatkan kualitas umpan balik yang Anda berikan maka Anda dapat menyisipkan data atau hasil penelitian tertentu. Atau Anda juga dapat melakukan pendekatan kepada lawan bicara Anda.
2. Bersifat Evaluasi 
Untuk memberikan umpan balik dengan efektif maka Anda dapat menyampaikan hal yang telah baik yang telah disampaikan oleh sang komunikator dan hal apa yang masih bisa ditingkatkan oleh beliau. Hal yang perlu Anda hindari adalah menjudge atau  menghakimi Seseorang hanya karena menganggap hal yang telah disampaikan oleh sang komunikator tak sejalan dengan yang Anda inginkan atau yang Anda ketahui.
3. Orientasi Kinerja Masa Depan
Untuk membuat umpan balik yang efektif maka penyampaian umpan balik dan penyelesaiannya harus berorientasi pada masa depan agar dapat memudahkan rencana kerja yang akan dirancang selanjutnya.

B. Presentasi Informasi

Devito (2015) mengatakan bahwa…In public speaking, a speaker presents a relatively continuous message to a relatively large audience in a unique context. Dalam bukunya yang berjudul “The Essential Elements of Public Speaking” ini, Devito menekankan bahwa public speaking berkaitan dengan penyampaian pesan/informasi yang dilakukan secara langsung kepada sejumlah orang dengan konteks tertentu. Lebih lanjut, Watzlawick, 1978; Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967 dalam Devito (2015) menjelaskan “….public speaking is a transactional process; a process whose elements are interdependent; each element in the public speaking process depends on and interacts with all other elements” yang artinya bahwa public speaking adalah sebuah proses transaksional, sebuah proses dimana elemen-elemennya saling ketergantungan. Setiap elemen dalam proses public speaking tergantung pada dan berinteraksi dengan elemen yang lain.

Seorang pembicara dalam sebuah presentasi semestinya memiliki sebuah kesadaran yang mendalam tentang orang-orang yang akan mendengarkan presentasinya. Seorang pembicara dalam sebuah seminar contohnya, jangan terlalu sibuk dengan materi tapi lupa mempelajari kepada siapa materi tersebut akan disampaikan. Demikian juga dengan seorang guru, dalam melakukan sebuah “instructional presentation”, disamping memperhatikan “apa yang disampaikan” juga harus memikirkan “bagaimana menyampaikan” dan “apa kira-kira dampak yang akan terjadi”. Untuk itu, seorang pembicara seharusnya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pendengarnya sebelum menyampaikan sebuah presentasi. Davidson (2003) mengemukakan ada minimal tujuh “The Seven Subtle Unconscious Desires” atau harapan-harapan bawah sadar seseorang atau hal-hal yang dirasakan atau ingin didapatkan oleh seseorang dari seorang atau suatu kegiatan.
1. To belong. Everyone wants to feel that they are part of something. Setiap orang punya keinginan untuk merasa dimiliki dan memiliki. Semua orang ingin merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Oleh sebab itu, seorang pembicara harus bisa menciptakan suatu suasana atau strategi agar semua pendengar merasa bagian dari presentasi tersebut secara utuh. Libatkan pendengar secara aktif dan bangun kontak dan komunikasi yang intensif selama presentasi.
2. To be respected. Semua orang ingin dihormati. Itu merupakan sesuatu yang sangat manusiawi. Pembicara bisa menggunakan satu kalimat atau beberapa kalimat aja di awal presentasi untuk menunjukkan rasa hormat kepada hadirin.
Contoh,
“bapak dan ibu yang saya hormati. Hari ini, saya merasa bahagia karena bisa berbicara langsung di hadapan guru-guru yang selama ini telah berupaya sekuat tenaga untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Berbicara di hadapan guru merupakan salah satu tantangan terbesar karena saya akan berbicara di hadapan guru-guru saya”.
Pembicara harus menghindari pembicaraan yang sifatnya menggurui atau menganggap hadirin berada di bawah kualitas pembicara karena hal ini akan terkesan sombong. Pembicara yang terkesan sombong biasanya hanya akan dikenang karena kesombongannya bukan karena hebatnya materi dan penyampaiannya.
3. To be appreciated. Penghargaan dan merasa dihargai adalah hal yang normal bagi manusia. Orang mengatakan “Appreciation is closely tied to respect”. Penghargaan biasanya diberikan setelah suatu hal dilaksanakan. Contoh, seseorang yang telah bertanya atau memberikan tanggapan lalu diberikan hadiah atau sesuatu oleh pembicara atau panitia. Walaupun tidak semua orang mengharapkan hadiah dalam suatu kegiatan namun, tidak ada orang yang menolak jika diberikan hadiah.
4. To be romance. Artinya adalah seseorang dalam suatu acara ingin mendapatkan suasana hati yang menyenangkan. Oleh sebab itu, pembicara yang baik pasti akan memilih kata-kata yang hangat dan pendekatan yang tepat dalam berhubungan dengan hadirin.
5. To be liked. Semua orang ingin disukai. Oleh sebab itu, pembicara harus bisa mencari titik-titik keunggulan hadirin dan berikan pujian agar semua orang fokus kepada kelebihan seseorang. Hal itu adalah awal dari datangnya rasa suka antara mereka.
6. To be save. As a speaker, it’s your responsibility to help audience participants feel safe during your presentation. Tugas seorang pembicara adalah menjaga rasa aman bagi hadirin selama presentasinya. Jangan menyerang hadirin atau jangan menyajikan materi presentasi yang bisa mengusik rasa aman hadirin.
7. To be enthusiastic. Hadir dalam suatu acara adalah merupakan awal dari sebuah antusias jika pembicara mampu menjaga stabilitas antusias peserta. Contoh, seorang pembaca begitu antusias dan bersemangat datang ke acara pelucuran buku baru seorang penulis yang dikaguminya. Namun, ketika mendengarkan presentasi penulis tersebut ternyata apa yang ada dipikirannya selama ini bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya. Penulis yang terkesan cerdas, enerjik, visioner dalam tulisan-tulisannya ternyata bermasalah dalam kondisi ril di mata hadirin. Mungkin cara bicaranya, cara penyampaiannya dan sebagainya. Kasus ini membuat hadirin mengalami kegagalan dalam menjaga antusias.

C. Persuasi dan Argumentasi

Public speaking adalah bentuk komunikasi lisan tentang sesuatu hal atau topik yang disampaikan banyak orang. Tujuannya untuk mempengaruhi, mengubah opini, mengajar, mendidik, memberikan penjelasan serta memberikan informasi kepada masyarakat tertentu pada suatu tempat tertentu. (Gunandi, Himpunan Istilah Komunikasi, 1998). Menurut webster’s Thrid New International Citionary, public speaking adalah: 
1. The act of precess of making speeches in publick
2. The art of science of effective oral comunication with an audience.

Dari kecil hingga dewasa, kita akan terlibat dalam situasi yang mengharuskan kita untuk berbicara di depan orang banyak. Misalnya memperkenalkan diri di depan kelas, menceritakan cerita lucu atau memimpin musyawarah. Namun powerful public speaking tidak sekedar berbicara menyampaikan sesuatu didepan orang banyak, dalam powerful speaking, kata kata yang terucap harus tertata dan teratur. Isi pembicaraan harus mampu memberikan kontribusi terhadap perubahan emosi, tindakan dan sikap. Intinya mampu membuat orang orang yang mendengarkan bergerak dan beranjak mengikuti petunjuk pembicara. Ada begitu banyak teknik dan aturan saat memberikan motivasi, pengaruh, bujukan, dan arahan kepada orang-orang. Tujuannya untuk menyentuh sisi think, feel dan act.

Aristoteles merupakan pelopor ilmu seni berbicara. Beliau mengidentifikasi unsur-unsur dasar pidato persuasif sebagai berikut:  

Ethos (Kredibilitas, kepercayaan pembicara)
Ethos berkaitan dengan karakter, kelayakan dan tingkat kepercayaan pada pembicara. Dengan meningkatkan kepercayaan, audience akan lebih menerima pendapat, arahan serta mau bertindak sesuai rekomendasi pembicara.
Logos (Logika disampaikan dengan valid dan jelas)
Logos merupakan logika, alasan terhadap argumen ide yang disampaikan oleh pembicara. Perlu adanya penyusunan informasi yang tepat dari pembukaan sampai kesimpulan. Supaya pesan dapat diterima olehaudience, sertakan informasi, fakta dan logika yang relevan.
Pathos (Daya tarik emosional audience atau kemampuan untuk menghubungkan antara audience dengan pembicara)
Pahtos berisi tentang masalah emosi. Bangunlah hubungan secara emosional supaya audience tetap fokus kepada inti pembicaraan. Jika hubungan emosional ini sudah terbentuk dengan baik, audience dapat dengan mudah termotivasi dan take action. Pembicara yang powerful menggunakan unsur ini menyampaikan gagasan.

Untuk semakin meyakinkan audiens, kita dapat menyisipkan sejumlah argumen. Pidato semacam ini disebut dengan argumentative speechMenyusun argumen memang tidak mudah. Kamu membutuhkan bukti dan contoh logis untuk memperkuat argumen. Argumen adalah alasan atau kumpulan alasan yang digunakan untuk meyakinkan orang lain bahwa suatu tindakan atau gagasan adalah benar atau salah. Argumen digunakan dalam esai, pidato, debat, rapat, atau diskusi. Kamu harus dapat mempertahankan argumen tersebut di hadapan orang yang mungkin tidak setuju. Pidato yang mengandung argumen disebut argumentative speech.
Argumen terdiri dari dua hal, yakni premis dan klaim. Keduanya saling berkaitan. Klaim adalah pernyataan terhadap posisi si pembicara terkait suatu topik. Premis adalah hal-hal yang mendukung klaim dalam bentuk contoh, bukti, testimoni, dan semacamnya. Setelah klaim terbukti, dapat digunakan sebagai premis untuk mendukung klaim berikutnya.

Prinsip menyusun argumentative speech adalah sebagai berikut :
1. Tidak berlebihan dalam klaim
Tunjukkan posisimu dengan lugas, tetapi tidak berlebihan. Perhatikan contoh berikut.
Presidential Candidate X has a stronger public image based on the last two surveys leading up to the election.“ 
Tidak perlu berlebihan menyatakan klaim seperti, “Presidential Candidate X is expected to win the election based on the last two surveys.”
2. Premis harus dapat diterima audiens
Agar membangun premis yang dapat diterima audiens, pastikan kamu menyertakan bukti yang ada kaitannya dengan topik pembicaraan. Contohnya kamu membicarakan dua calon presiden yang bersaing dalam pemilu. Untuk meyakinkan audiens, kamu dapat mengutip pidato kampanye kedua calon presiden. Hal tersebut dapat lebih meyakinkan audiens daripada mengutip pembicaraan orang lain yang tidak berhubungan dengan pemilu. 
3. Pastikan premis dan klaim saling berhubungan
Tunjukkan bahwa premis mendukung klaim yang kamu sampaikan.
Contohnya, “The last two surveys revealed that the electability of Presidential Candidate X is stronger than his opponent.”
4. Premis harus cukup membuktikan klaim
Pastikan kamu menyediakan cukup banyak premis untuk mendukung klaim yang disampaikan.
Contohnya, “The national merchant association changed its mind after seeing the development plan submitted by Presidential Candidate X during the campaign period.”

D. Presentasi yang Mempengaruhi Perubahan

Presentasi yang mempengaruhi perubahan dalam public speaking melibatkan beberapa elemen kunci yang bisa membawa dampak besar pada audiens. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: 
1. Tujuan yang Jelas : Pastikan presentasi memiliki tujuan yang jelas dan spesifik. Apa yang ingin Anda sampaikan kepada audiens? Apakah tujuan Anda untuk menginspirasi, mengedukasi, atau mengubah pola pikir mereka? Tujuan yang jelas akan membantu Anda fokus dan lebih mudah mempengaruhi perubahan.
2. Cerita yang Kuat : Gunakan storytelling untuk menyampaikan pesan Anda. Cerita-cerita yang kuat dapat menarik perhatian audiens dan membuat mereka lebih terhubung dengan materi yang Anda sampaikan. Sebuah narasi yang kuat dapat merangsang emosi, memotivasi, dan merangsang pemikiran yang mendalam.
3. Fakta dan Data yang Mendukung : Jangan lupakan kekuatan fakta dan data. Informasi yang didukung oleh fakta yang relevan dan data yang kuat dapat memberikan kepercayaan pada audiens untuk mempertimbangkan perubahan.
4. Keterlibatan Audiens : Berinteraksilah dengan audiens. Ajukan pertanyaan, gunakan polling atau diskusi singkat untuk melibatkan mereka dalam proses presentasi. Ketika audiens merasa terlibat, mereka lebih cenderung terbuka terhadap perubahan.
5. Kredibilitas dan Keaslian : Bangun kredibilitas dan kepercayaan dari audiens. Jika mereka merasa bahwa Anda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan, mereka akan lebih terbuka terhadap pesan yang Anda sampaikan. Keaslian juga penting; menjadi diri sendiri dan tulus dalam menyampaikan pesan dapat memengaruhi perubahan yang lebih dalam.
6. Kekuatan Komunikasi Non-verbal : Ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara, dan kontak mata sangat penting dalam komunikasi. Pastikan bahwa pesan yang Anda sampaikan secara verbal didukung oleh komunikasi non-verbal yang kuat dan konsisten.
7. Tindakan yang Jelas : Setelah menyampaikan pesan perubahan, berikan langkah-langkah yang jelas kepada audiens tentang apa yang dapat mereka lakukan setelah presentasi. Hal ini dapat membantu mereka mengimplementasikan perubahan yang Anda ajukan.
Dalam public speaking, fokus pada bagaimana Anda dapat menghubungkan dengan audiens, menyampaikan pesan dengan jelas, dan menginspirasi perubahan adalah kunci utama untuk membuat presentasi yang mempengaruhi.
E. Etika dalam Public Speaking

Etika atau etik (ethics) berasal dari kata Yunani, "ethos", yang berarti norma - norma, nilai -nilai, kaidah - kaidah, dan ukuran -ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik atau "ethikos” yang artinya timbul dari suatu kebiasaan. 

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa ada pembicara publik yang melakukan tugasnya dengan benar, sementara ada juga yang terlihat kurang profesional ? Mengapa beberapa orang merasa begitu mudah untuk memikat audiens dan menyelesaikan dengan tepuk tangan meriah, sementara yang lain hanya membuat audiens merasa bahwa waktu mereka terbuang secara cuma-cuma? 

Perbedaannya sering terletak pada mengamati etika sederhana dalam public speaking. Sebenarnya, ini karena etika dalam berbicara di depan umum dapat meninggikan atau menghancurkan aspirasi kamu untuk menjadi pembicara yang efektif. Hal ini tergantung pada seberapa baik kamu mengamati mereka. Etika dalam public speaking adalah pedoman, aturan tidak tertulis, atau kode etik setiap pembicara publik yang ambisius harus menguasai dan mengamati. 

Berikut ini adalah beberapa cara beretika baik saat melakukan public speaking, yakni;
1. Tunjukkan Rasa Hormat 
Salah satu hal paling penting yang perlu kamu ketahui sebagai pembicara publik adalah menunjukkan rasa hormat kepada audiens. Jika melewatkan poin ini, kamu cenderung akan menghancurkan presentasi bahkan sebelum dimulainya kegiatan. Semua orang suka dihormati dan audiens pasti mengharapkan hal ini. Konteks ini mengacu kepada aspek tanpa harus membedakan jenis gender, agama, suku, ras, pendidikan, atau status sosial mereka. Jika saat presentasi membutuhkan menggunakan contoh-contoh praktis, hindari menggunakan contoh yang akan menyinggung mereka. 
2. Hormati Kesediaan Waktu Audiens 
Di dunia kita yang serba cepat, waktu adalah esensi. Ini adalah aset berharga. Bahkan, audiens juga menghargai waktu, jadi jangan disia-siakan. Tunjukkan rasa hormat atas waktu mereka dengan menjaga waktu untuk berbicara. Cara yang baik untuk melakukan ini dengan efektif adalah persiapan yang baik. Jika kamu mempersiapkan dengan baik sebelumnya, itu akan membuat kamu tidak audiens merasa waktunya terbuang percuma. 
3. Bersikap Jujur dan Jangan Menyesatkan Audiens 
Etika dalam berbicara di depan umum menuntut kamu untuk jujur dan akurat dalam informasi yang disajikan kepada audiens. Kamu jangan sengaja menyesatkan audiens, bahkan memutarbalikkan fakta agar sesuai dengan tujuan kita. Jika kamu tidak yakin tentang informasi, fakta, atau statistik, jangan gunakan, sehingga jangan merusak kredibilitas pembicara lebih dari informasi yang tidak akurat dan terdistorsi. 
4. Pastikan Tujuan Kamu Adalah Etis 
Jika tujuan dari kamu berbicara adalah untuk memotivasi aundiens untuk terlibat dalam kegiatan yang berbahaya, ilegal, atau tidak etis, maka itu adalah cara yang tidak baik. Misalnya, bagaimana kamu melihat seorang pembicara publik yang sangat baik yang mempromosikan terorisme atau penggunaan obat-obatan keras? Etis? Itu sangat tidak benar dan sangat salah. 
5. Be Yourself 
Setiap orang itu pasti memiliki keunikan. Bahkan kembar identik berbeda dalam beberapa hal. Meskipun merupakan ide bagus untuk belajar dari orang lain, terutama yang dianggap sebagai teladan, jangan mencoba menjadi orang lain yang bukan kamu. Bersikaplah alami dalam “pengiriman” ketika mencoba menjadi seseorang yang bukan diri sendiri, karena audiens akan memperhatikan dan hanya akan terlihat dan terdengar palsu bagi mereka. Intinya, menjadi diri sendiri itu sangat istimewa. 

F. Presentasi yang Tidak Terduga

Presentasi yang tidak terduga dalam public speaking bisa menjadi cara yang menarik untuk membuat audiens terkesan dan terlibat. Berikut adalah beberapa ide yang bisa dimanfaatkan pada saat terjadi presentasi yang tidak terduga :
1. Cerita Pribadi atau Anekdot yang Menarik
Mulailah dengan sebuah cerita pribadi atau anekdot yang relevan dengan topik presentasi Anda. Cerita ini bisa membuat audiens lebih terhubung secara emosional dengan materi yang Anda sampaikan.
2. Pertanyaan atau Permainan Interaktif
Libatkan audiens dengan melakukan sesuatu yang tidak mereka duga. Mungkin ajukan pertanyaan menarik atau permainan ringan yang terkait dengan topik presentasi. Ini dapat meningkatkan keterlibatan dan membuat presentasi menjadi lebih interaktif. 
3. Gunakan Media dengan Cara yang Kreatif
Jangan terpaku pada penggunaan PowerPoint biasa. Gunakan media dengan cara yang tidak biasa, seperti video singkat yang menarik, animasi, atau visual yang memukau. Ini dapat mengubah dinamika presentasi Anda secara dramatis.
4. Demo Langsung atau Konten Interaktif
Jika memungkinkan, lakukan demo langsung atau tunjukkan konten yang interaktif. Misalnya, dalam presentasi teknologi, berikan demo langsung tentang cara menggunakan alat atau aplikasi yang sedang Anda bicarakan.
5. Kejutan dalam Materi Presentasi
Sisipkan elemen kejutan di tengah presentasi, seperti fakta menarik atau penemuan terbaru yang relevan dengan topik Anda. Hal ini bisa membuat audiens tetap tertarik dan terkejut dengan informasi yang Anda bagikan.
6. Penggunaan Humor yang Tepat
Humor yang cerdas dan relevan dapat membuat presentasi menjadi lebih menarik. Tetapi pastikan humor yang Anda gunakan sesuai dengan situasi dan tidak mengurangi keprofesionalan presentasi Anda.
7. Storytelling yang Kuat
Manfaatkan kekuatan storytelling. Cerita yang kuat, yang mampu menarik perhatian audiens dan mengajak mereka untuk ikut serta dalam perjalanan cerita, dapat memberikan dampak yang luar biasa.
8. Keberanian untuk Keluar dari Zona Nyaman
Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru atau keluar dari pola presentasi yang umum. Kreativitas dan keberanian dalam menyampaikan informasi dapat membuat presentasi Anda lebih menarik dan tak terduga.

Yang penting adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara kejutan dan profesionalisme. Kejutan dalam presentasi sebaiknya tidak mengganggu fokus pada pesan utama yang ingin Anda sampaikan kepada audiens.

G. Presentasi Akhir

Dalam pelaksanaan presentasi, pemateri tentu harus menjalin komunikasi yang baik dan efektif dengan peserta atau audiens. Hal ini harus dilakukan untuk dapat menarik hati para audiens. Tak hanya dalam hal menyampaikan presentasinya saja, semua aspek saat melakukan presentasi harus diperhatikan agar menarik sampai benar melakukan penutupan presentasi juga. 
Salah satu aspeknya adalah penutupan presentasi. Seringkali, pemateri terlalu fokus terhadap penyampaian materi sehingga melupakan berbagai aspek lainnya, mulai dari pembukaan dan terutama pada penutupan presentasi. Akhirnya, audiens merasa kurang tertarik menyimak dan mencari kesimpulan dari presentasi yang telah kita jalankan. 
Agar dapat menutup presentasi dengan baik, berikut adalah langkah-langkah menutup presentasi dengan baik :
1. Memberi Tamu Penutup Presentasi
Pemateri jangan terburu-buru menutup presentasi dengan membuat kesimpulan. Ada baiknya, pemateri harus menyampaikan atau memberikan tamu bahwa Kamu akan menutup atau menyudahi presentasi tersebut. Berilah tKamu atau sinyal bahwa Kamu akan menutup presentasi. Hal ini dilakukan agar audiens atau peserta mengetahui bahwa presentasi yang Kamu lakukan akan segera berakhir. Selain itu, memberi tKamu pada penutupan presentasi dapat membuat audiens semakin bersemangat karena presentasi yang ia simak akan segera berakhir. Berikut adalah contoh memberi tKamu atau sinyal saat akan menutup presentasi.
“Sebagai bagian dari penutup……”
“Sebelum mengakhiri presentasi,…..”
2. Menyampaikan Ringkasan Presentasi
Setelah memberi tKamu atau sinyal bahwa presentasi akan berakhir, Kamu juga harus menyampaikan ringkasan presentasi dengan baik, lengkap, tegas, dan informatif. Kamu akan diberikan waktu untuk menyampaikan pendapat melalui presentasi dengan cara menyampaikan ringkasan presentasi.
Dalam tahap ini, audiens dapat kembali mengingat berbagai poin atau aspek penting yang mungkin terlewat untuk disampaikan. Akan tetapi jika Kamu dalam kondisi menyampaikan ringkasan presentasi, harus dilakukan dengan cara singkat, jelas, dan padat. Sehingga jangan sampai audiens menunggu lebih lama lagi sehingga audiens akan bosan dan tidk tertarik pada penyampaian presentasi berikutnya. Tak hanya itu, Kamu tidak perlu menambahkan poin baru yang sifatya membuat rancu atau tidak sesuai dengan data presentasi. Hal ini agar audiens memahami dan mengerti apa yang disampaikan oleh pemateri.
3. Melakukan Power Closing 
Terakhir, setelah menyampaikan pesan penutup, Kamu juga dianjurkan untuk melakukan power closing. Power closing sama halnya dengan penutup presentasi, namun power closing ini berada di bagian akhir penutupan presentasi. Dalam tahap ini, Kamu juga harus melakukan hal baru yang agar dapat memberi kesan mendalam bagi audiens dan audiens merasa dihargai. Oleh sebab itu, pemateri perlu memilih kata penutup yang menarik dan juga yang kuat.
Hal ini perlu dilakukan agar audiens lebih menarik dan juga mereka lebih mudah mengingat, melakukan sesuatu, atau hanya sekadar membangkitkan emosi dan kreativitas setelah presentasi berakhir. Biasanya ada beberapa teknik yang umum digunakan dalam tahapan power closing adalah dengan menggabungkan cerita, kutipan, atau bahkan memberi call to action kepada audiens agar presentasi yang Kamu lakukan bisa semakin berhasil dan semakin efektif berjalan tanpa hambatan. 
3. Pantun
Tak hanya lucu, pemateri juga dapat menutup presentasi dengan menggunakan pantun yang menarik. Pantun ini juga bisa menyita tawa dan membuat para peserta bahagia.

4. Umum
Kamu juga dapat menyampaikan penutup yang sederhana atau umum, yang contohnya adalah sebagai berikut: 
“Sekian presentasi saya hari ini, jika ada kurangnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga apa yang saya sampaikan berguna untuk diri saya sendiri dan banyak orang pada khususnya. Selamat siang dan terima kasih.”

I. Penutup dan Refleksi
Penutup dan refleksi dalam public speaking memiliki peran penting untuk memberikan kesan yang kuat dan merangkum inti dari presentasi Anda. Berikut adalah beberapa tips untuk penutup dan refleksi yang efektif:

Penutup
1. Ringkas dan Kuat
Jangan memperpanjang penutup. Ringkaslah poin-poin penting yang telah Anda sampaikan selama presentasi.
2. Perkuat Pesan Utama
Kembali pada pesan utama atau tujuan presentasi Anda. Jelaskan kembali mengapa hal ini penting dan bagaimana hal itu dapat diterapkan atau memengaruhi audiens.
3. Panggilan ke Tindakan
Ajak audiens untuk bertindak, baik itu menerapkan apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari mereka atau mengikuti langkah-langkah tertentu setelah presentasi.
4. Kesimpulan yang Kuat
Buatlah kesimpulan yang kuat untuk meninggalkan kesan yang tahan lama pada audiens. Ini bisa berupa kutipan, cerita singkat, atau kesimpulan yang menggetarkan.

Refleksi
1. Menyoroti Poin Utama
Luangkan waktu untuk merenungkan kembali poin-poin kunci yang telah Anda sampaikan. Ini dapat membantu audiens memperkuat pemahaman mereka tentang topik yang dibahas.
2. Refleksi Pribadi
Bagikan refleksi pribadi Anda tentang topik tersebut. Ceritakan bagaimana hal ini memengaruhi Anda secara pribadi atau bagaimana Anda merasa terhubung dengan materi tersebut.
3. Ajukan Pertanyaan Reflektif
Ajukan pertanyaan reflektif kepada audiens untuk mendorong mereka untuk memikirkan bagaimana materi yang telah disampaikan dapat memengaruhi hidup atau pekerjaan mereka.
4. Menawarkan Rangkuman Singkat
Berikan ringkasan singkat tentang apa yang telah Anda pelajari bersama selama presentasi. Ini membantu memperkuat pemahaman dan memberikan titik akhir yang jelas bagi presentasi Anda.

Penutup dan refleksi adalah bagian yang penting dalam membentuk kesan terakhir. Mereka memberikan kesempatan bagi Anda untuk meninggalkan pesan yang kuat dan membuat audiens merenung setelah presentasi selesai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS Public Speaking, Jeperson (3922170007)

Tugas ERD - Membuat ERD Sistem Informasi Akademis Universitas